Jumat, 21 Desember 2012

PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN FEBRIS PRO EV

LAPORAN STUDI KASUS
PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN FEBRIS PRO EV  

                                                                      BAB I
                                                            PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Demam berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia). (Julia, 2000)
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Penyakit Febris pro ev dapat menyebabkan terjadinya dehisrasi dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh. Penyakit ini terjadi karena terganggunta sistem kekebalan tubuh yang dimana masuknya zat asing ke dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk memerangi zat asing tersebut perlu dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh, hal ini bisa kita dapatkan dari asupan makanan. Dan itu artinya, perlu adanya penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita Febris pro ev, hal ini penting juga untuk diketahui pasien untuk menurunkan resiko terhadap komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang diderita.

B.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien secara individual di rumah sakit.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu menginventarisasi data subyektif dan obyektif pasien.
b.    Mahasiswa mampu mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan permasalahan gizi.
c.    Mahasiswa mampu merencanakan asuhan gizi pasien.
d.    Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang telah disusun pada pasien.
e.    Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi.
f.    Mahasiswa mampu melakukan motivasi terhadap pasien melalui konseling gizi.
g.    Mahasiswa mampu menyususn laporan asuhan gizi pasien.

                                                                   BAB II
                                                       TINJAUAN PUSTAKA

A.    Gambaran Umum Penyakit
1.1.    Definisi
Menurut kamus kedokteran, pireksia (febris, fever, demam) adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal; setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh. (Dorland, 2002)
Demam berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)

1.2.    Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

1.3.    Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point. (Julia, 2000) Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

2.    Asupan Makanan.
Untuk melihat asupan makanan secara individu digunakan pengumpulan data asupan makanan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Metode Mengingat Makanan
b.    Metode Mengingat frekuensi Makanan (food frekuensi)
c.    Metode catatan makanan
d.    Metode pengumpulan Data Konsumsi Makanan pada Waktu Makan
B.    Penatalaksanaan diet sesuai permasalahan gizi
1.    Jenis diet :
Jenis diet makanan biasa diberikan kepada pasien ini dikarenakan status gizi pasien dalam keadaan normal dan juga keadaan umum pasien yang masih mampu menerima makanan biasa tanpa diet khusus.
2.    Tujuan Diet :
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a.    Membantu mengurangi  mual
b.    Mencegah/ mengurangi nyeri ulu hati
c.    Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
d.    Mencegah terjadinya dehidrasi.
e.    Meningkatkan intake makanan
3.    Syarat diet :
a.    Diberikan energi yaitu 1679,27 kal/hr untuk memenuhi kebutuhan energi pasien.
b.    Diberikan protein 15%  dari total kebutuhan energi yaitu 62,9 gr/hr.
c.    Diberikan lemak 25% dari total kebutuhan energi yaitu 46,6 gr/hr.
d.    Diberikan KH 60% dari  sisa total kebutuhan energi yaitu 251,8 gr/hr.
e.    Tinggi cairan, untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f.    Diberikan vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan .
g.    Pemberian makanan lewat oral
h.    Frekuensi makan 3x makan utama
i.    Makanan mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak bergas.
j.    Bentuk makanan lunak


                                                                  BAB III
                                          CATATAN ASUHAN GIZI RESUME PAGT
                                                  (Proses Asuhan Gizi Terstandar )


                                                                   BAB IV
                                                          HASIL EVALUASI
A. Monitoring-Evaluasi
B.Implementasi Asuhan Gizi
1.    Diet Pasien
Pasien didiagnosa menderita Febris Pro ev,  diberikan diet makanan biasa dengan perencanaan kebutuhan selama pasien dalam masa perawatan di rumah sakit. Adapun perencanaan kebutuan pasien yaitu untuk energi: 1679,27 Kkal/hr, Protein: 15% (62,9 gr/hr), Lemak: 25% (46,6 gr/hr), KH: 60 % (251,8 gr/hr).
2.    Porsi Makanan Pasien
Porsi makanan pasien disesuaikan dengan standar porsi yang sudah ditetapkan di rumah sakit yaitu untuk nasi 150 gr (10 sdm), lauk hewani 40 gr (1 ptg), lauk nabati 30 gr (1ptg), dan sayuran 100 gr. Diberikan makanan yaitu 3 kali makanan utama  pada waktu pagi, siang, dan malam dengan menu yang berbeda serta tanpa snack atau selingan dikarenakan pasien di rawat pada ruang perawatan wanita kelas III.
3.    Distribusi Makanan Pasien
a.    Observasi distribusi di penyelenggaraan makanan
Distribusi dalam penyelenggaraan makanan yaitu secara desentralisasi untuk makanan pasien tanpa diet khusus. Secara desentralisasi makanan didistribusikan dengan menggunakan rantang, dan dibawa oleh pramusaji ke masing-masing dapur ruangan.
b.    Observasi distribusi di ruangan
Setelah makanan dibawa oleh pramusaji ke masing-masing dapur ruangan kemudian akan dibagikan ke pasien menggunakan alat makan yang diambil dari masing-masing pasien.
4.    Edukasi dan Konseling
Adapun dari kasus yang ada rencana edukasi dan konseling yaitu memberikan konseling tidak hanya kepada pasien tetapi juga melibatkan keluarga dan edukasi yang diberikan berupa :
a.    Memberikan motivasi agar pasien menghabiskan makanan yang diberikan untuk mengoptimalkan kondisi pasien.
b.    Memotivasi pasien untuk mematuhi diet  yang diberikan
c.    Memberikan pengetahuan tentang bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

 
                                                                     BAB V
                                                              PEMBAHASAN
A.    Rencana Terapi
Pasien didiagnosa menderita Febris Pro ev,  diberikan diet makanan biasa  dengan Energi: 1679,27 Kkal/hr, Protein: 15% (62,9 gr/hr), Lemak: 25% (46,6 gr/hr), KH: 60 % (251,8 gr/hr). Pasien berusia 20 tahun dengan tinggi badan 150 cm. Status gizi pasien menurut BB/TB adalah status gizi normal. Pemberian diet yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan intake makanan untuk memenuhi kebutuhan energi maupun zat gizi pasien dan mencegah terjadinya komplikasi .
Berdasarkan dari data yang ada tentang status pasien di rawat di Wanita  kelas III, maka dapat dilakukan assessment terhadap data-data tersebut. Bahwa pasien sebelum di rawat di Rumah sakit memiliki pola makan yang tidak teratur dan memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan pedas.
Dari hasil observasi dan recall terhadap makanan yang dikonsumsi pasien selama dirawat , pasien tidak menghabiskan makanan yang disajikan. Oleh karena itu, asupan makan pasien belum dapat memenuhi sebagian besar dari kebutuhan. Pasien hanya mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dengan porsi yang sedikit .
B.    Hasil Monitoring Skrining Gizi
Monitoring pasien studi kasus berlangsung mulai tanggal 16 Januari 2012, yang meliputi monitoring terhadap asupan makan pasien (konsumsi energi dan zat gizi pasien, perkembangan/perubahan antropometri, perkembangan pemeriksaan hasil laboratorium dan perkembangan fisik klinis.
1.    Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi
a.    Konsumsi Energi
    Asupan makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses penyembuhan penyakit dan salah satu indikator dalam menentukkan diet yag diberikan. Asupan makan dipengaruhi oleh kondisi pasien, nafsu makan, penampilan makanan, faktor fisiologi, faktor kebosanan, rasa makanan dan lain-lain. Pengamatan asupan makanan pada studi kasus dilakukan selama 3 hari dengan 9 kali waktu makan. 
Dari pengamatan asupan makan pasien di atas terlihat bahwa asupan makan pasien selama 2 hari pengamatan belum mencukupi sesuai dengan  kebutuhan. Dimana kebutuhan energi seharusnya 1679,27 kal/hari, protein 62,9 gr/hari, lemak 46,6 gr/hari, dan karbohidrat  251,8 gr/hari belum terpenuhi. Hal ini terjadi karena keadaan pasien yang menurun disebabkan penyakit yang diderita dan nafsu makan yang juga semakin menurun karena adanya mual.
2.  Perkembangan Pengukuran Antropometri
Dari perkembangan pengukuran antopometri di atas, terlihat bahwa pengukuran berat badan yang dilakukan selama 2 hari, pada pra pengamatan sampai hari I pengamatan  tidak mengalami perubahan . Tidak adanya perubahan disebabkan karena asupan makanan yang kurang dari kebutuhan. Sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan sekali pada pra pengamatan . Dari perhitungan status gizi berdasarkan IMT ( Indeks Massa Tubuh ) status gizi pasien berada pada kategori normal.
3.  Perkembangan Pemeriksaan Biokimia/Laboratorium
Dari perkembangannya belum terlihat perkembangan hasil pemeriksaan biokimia/laboratorium pasien karena pada pengamatan selanjutnya sudah tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium lagi. Pada pra pengamatan hasil pemeriksaan  Widal negatif (-) dan leukosit 11 103/mm3.
4.    Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis
Dari  perkembangan pemeriksaan fisik/klinis  di atas,  terlihat bahwa keadaan umum pasien tergolong cukup dimana tekanan darah yang tekanan sistolik maupun diastolik tidak mengalami perubahan yang signifikan.Pada pemeriksaan nadi dari hari pra pengamatan 88x/menit, pengamatan hari I 88x//menit sedangkan pengamatan hari II 80x/menit. Suhu pada hari pra pengamatan 39,2 º C kemudian pada pengamatan hari I sampai pengamatan hari II sama yaitu 36˚C. Pada  pernapasan hanya dilakukan pemeriksaan pada pra pengamatan. Dimana pernapasan pasien tergolong lemah yaitu 14x/menit hal ini dilihat dari kondisi pasien yang dalam keadaan lemas dan tidak bertenaga.
C.    Hasil Motivasi Diet Melalui Konseling Gizi
1.    Deskripsi Pemahaman Diet Pasien
Berdasarkan hasil pengamatan studi kasus selama 2 hari di rumah sakit asupan makan pasien  belum mencukupi sesuai kebutuhan Hal ini terjadi bukan karena pasien yang belum memahami edukasi yang diberikan tetapi kondisi pasien yang masih belum stabil karena penyakit yang diderita , dimana nafsu makan yang masih kurang  karena adanya mual .
2.    Observasi Sisa Makanan Pasien
Berdasarkan pada hasil observasi pengamatan selama 2 hari, pada hari pertama sampai hari  II pengamatan, pasien tidak menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit, hal ini terjadi karena masih adanya rasa mual setiap kali berusaha untuk menghabiskan makanan yang disajikan. Pasien juga makan makanan dari luar rumah sakit yang dibawa oleh keluarga pasien.
D.Evaluasi Asuhan Gizi
1.    Indikator Keberhasilan Asuhan Gizi
Berdasarkan hasil observasi dan recall terhadap makanan yang dikonsumsi pasien selama 2 hari pengamatan dari makanan yang disajikan rumah sakit,  dapat diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi oleh pasien selama dirawat di rumah sakit asupannya masih dalam kategori kurang hal ini dilihat dari asupan  energi, protein, lemak maupun Karbohidrat yang belum mencukupi kebutuhan pasien.Hal ini dapat di ketahui bahwa pasien belum patuh  terhadap diet yang diberikan rumah sakit karena kondisi penyakit yang diderita dan lebih sering mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit.  Dengan melihat hal tersebut indikator keberhasilan asuhan gizi belum dapat dikatakkan berhasil, sehingga perlu adanya tindak lanjut.
2.    Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan pada indikator keberhasilan zat gizi diatas, tingkat kebutuhan zat gizi untuk pasien masih berada dibawah batas normal. Untuk itu maka perlu dilakukan rencana tindak lanjut, seperti edukasi dan konsultasi gizi kepada pasien dan keluarganya. Tujuannya adalah untuk memberikan motivasi kepada pasien agar mau berusaha  menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit dan mengerti tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pasien. Hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan individu kepada pasien dan keluarganya. Pada tahap selanjutnya perlu lagi dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana terapi gizi yang dianjurkan, meliputi antropometri, biokimia, fisik-klinis dan dietery pasien. Sehingga dapat mengetahui apakah pasien dapat mematuhi diet yang dianjurkan atau tidak.


                                                                  BAB VI
                                                KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.    Dari diagnosa medis pasien didiagnosa menderita Febris pro ev dan mendapatkan diet makanan biasa dengan kebutuhan energi 1679,27 kal/hari.
2.    Diagnosa gizi yaitu (NI-5.1) : Peningkatan kebutuhan zat gizi (Tertentu), (NI-2.1)  : Kekurangan intakke makanan dan minuman oral, (NB-1.2) : Kebiasaan makan yang salah.
3.    Jenis diet makanan biasa diberikan makanan biasa tanpa diet khusus.
4.    Tujuan Diet :
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
a.    Membantu mengurangi  mual
b.    Mencegah/ mengurangi nyeri ulu hati
c.    Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
d.    Mencegah terjadinya dehidrasi.
e.    Meningkatkan intake makanan
5.    Syarat diet :
a.    Diberikan energi yaitu 1679,27 kal/hr untuk memenuhi kebutuhan energi pasien.
b.    Diberikan protein 15%  dari total kebutuhan energi yaitu 62,9 gr/hr.
c.    Diberikan lemak 25% dari total kebutuhan energi yaitu 46,6 gr/hr.
d.    Diberikan KH 60% dari  sisa total kebutuhan energi yaitu 251,8 gr/hr.
e.    Tinggi cairan, untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f.    Diberikan vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan .
g.    Pemberian makanan lewat oral
h.    Frekuensi makan 3x makan utama
i.    Makanan mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak bergas.
j.    Bentuk makanan lunak
6.    Hasil pengukuran antropometri selama 2 hari pengamatan hasilnya tetap.
7.    Asupan makan pasien selama 2 hari pengamatan kurang dari kebutuhan
8.    Untuk pemeriksaan biokomia pasien, pemeriksaan  Widal negatif dan leukosit meningkat.
9.    Untuk pemeriksaan fisik/ klinis, keadaan umum pasien cukup namun Suhu tubuh dan pernapasan pada pra pengamatan lemah.
10.    Hasil motivasi tentang pengaturan diet pasien belum berhasil .

B.    Saran
1.    Bagi pasien :
Disarankan agar pasien mematuhi diet yang telah diberikan oleh rumah sakit, dan menjalankan diet yang telah diberikan.
2.    Bagi Ahli gizi
Disarankan agar ahli gizi semakin meningkatkan kontrol diet bagi pasien baik yang sedang menjalankan rawat inap maupun rawat jalan.


                                                                   DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2007. Penuntun Diet,  PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nawangsasi,dkk, 2011. Perhitungan Kebutuhan Gizi . RSU DR.Saiful Anwar. Malang
Rosnelly,dkk, 2008. Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Instalasi Gizi RSU DR.Saiful Anwar. Malang
Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi 2 Edisi 6. EGC Jakarta.
Dwi, 2010. LP Febris (Demam). (online), (http://rentalhikari.wordpress.com) diakses tanggal 17 Januari 2012
Dewi, 2010. Metode Tepat Mengatasi Demam/Febris. (online), (http://dokterdewimedy.blogspot.com) diakses tanggal 19 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template Design By:
SkinCorner